Human relation
dalam bahasa Indonesia ada yang menerjemahkan menjadi” Hubungan manusia” dan
ada pula yang mengalibahasakan menjadi “hubungan antar manusia”. Baik dalam
istilah “ hubungan manusia “ maupun” dalam pengetian wujud manusia ( human
Being), melainkan dala makna proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan
berdasarka watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkahlaku, dan aspek
kejiwaan yang terdapat pada diri manusia. Olehnya itu , terjemahan yang paling
mendekati makna dan masud human relation adalah hubungan manusiawi atau
hubungan insani.
Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada pendapat beberapa ahli mengenai pengertian
hubungan human relation ini. Menurut Wursanto ( 1987) human relation adalah :
Istilah
hubungan kemanusiaan sering disebut juga hubungan antra manusia. Kata istilah
tersebut terjemahan dari kata human relation.hubngan antara manusia, memandang
amnesia dalam bentuk wujudnya saja atau secara lahirnya saja, sebaliknya
dalam hubungna kemanusiaan yakni memeandang manusia bukan saja dari wujudnya
saja, tetapi dair segi sifatnya, wataknya, sikapnya, tingkahlakunya,
kepribadiannya, dan berbagai aspek kejiwaan lainya yang ada pada diri manusia.
Dengan demikian titik berat pada hubungan kemanusiaan yaitu dari segi
manusianya
Jadi istilah
human relation adalah terjemahan kata hubungan kemanusiaan yang bersifat
rohaniah dengan memperhatikan aspek-aspek kejiwaan yang ada didiri manusia
misalnya: watak, sikap, tingkahlaku, peramai, dan lain-lain aspek kejiwaan yang
terdapat dalam diri manusia.
Menurut Zinun (
1984) mengatakan bahwa :
Human relatiom
sebagai suatu lapangan dari kegiatan manajemen, lebih merupakan proses
pengintegrasian manusia pada alam suatu situasi kerja sehingga mereka dapat
didorong untuk bekerja sama secara produktif guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Dengan
demikian, human relation adalah penyatuan manusia dalam hal ini, penyatuan
kedalam situqasi kerja sehingga tercipta kerja sama yang abaik dalam upaya
pencapain tujuan organisasi. Sedangkan menurut The Liang Gie (1978)
mengemukakan bahwa human relation dalah adanya suatu interaksi bukan
sekedar relasi atau hubungan yang pasif melainkan suatu aktivitas yang
merupakan ‘action orianted’ untuk mengembangkan hasil yang lebih produktif dan
memuaskan.
Pengertian
diatas menekankan pada proses hubungan kerja sama antara orang-orang yang ada
didalamnya atau orientasi kegiatan yang dilakaukan bersama-sama dalam usaha
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Jadi human
relation menyangkut persoalan mengenai hubungan antara manusia dengan
pekerjaannya.
Menurut Effendy
(1993), human relation yaitu :
a.
Dalam arti luas, human relation adalah komonikasi
persuasive yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka
dlam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan sehingga menimbulkan
kebahagian dan kepuasan hati kedua belah pihak.
b.
Dalam arti sempit, human relation adalah komonikasi
persuasive yang dilakukan oleh seseoramng kepada orang lain dlam situasi kerja
(work situation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization) dengan
tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat
bekerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati.
Jadi human
relation dalam arti luas merupakan komunikasi yang dilakukan di saja, baik di
rumah, di jalan, di pasar dan dalam berbagai kesempatan, sedangkan dalam arti
sempit, di maksudkan sebagai komunikasi yang dilakukan dalam situasi formal.
Dengan demikian, dalam human relation, aspek komunikasi harmonis sangat di
perlukan agar human relation yang berlangsung betul-betul memiliki dampak yang
bersifat positif terdapat kelancaran kerja karyawan.
Dari berbagai
pengertian dan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya human
relation keseluruhan hubungan (interaksi) yang dilakukan yang bersifat rohaniah
yang terjadi antara orang yang terlibat dalam organisasi dalam rangka
penyelesaian tugas dan tanggung jawab dengan tetap memperhatikan nilai-nilai
kemanusiaan yang di miliki setiap individu, sehingga tujuan organisasi yang
telah di tetapkan dapat terwujud.
Yang terpenting
dalam human relation adalah terdapatnya hubungan (interaksi) komunikatif
persuasif dan kedua belapihak merasa hatinya puas, yang merupakan aspek
manusiawi dari human relati
2. Fungsi dan
Human Relation
Setiap orang
dalam suatu organisasi berbeda satu dengan yang lainnya.perbedaan itu misalnya
watak, sikap, tabiat, atau tingkah lakunya, sebab seorang pimpinan harus
mempelajari dan mengetahui tabiat atau sifat dari setiap bawahanya. Seperti
yang ditemukan oleh Uchjanan ( 1992 ) bahwa ;
Untuk
mempreaktekkan human relation, seorang pimpinan harus sedikit banyak
mempelajari tabiat bawahanya, walaupun tidak secara mendalam agar dapat
memahami satu sama lain dan perlu mengetahui tingkah laku dalam hidup
berkelumpok dan bermasyarakat.
Kemudian yang
membedakan manusia satu dengan yang lainya ialah siafat-sifat
rohaniahnya. Dalam pertumbuhannya, manusia bukan saja mengalami perkembangan
dalam segi jasmaniahnya saja, tetapi juga rohaniahnya. Dan perkembangan ini
membentuk jiwanya, dan tingkah lakunnya.
Kunci
aktivitas human relation adalah motivasi para karyawan untuk bekerja
lebih giat. Pimpinan harus mengadakan hubungan yang abaik dimana motivasi
sebagai pendorong karyawan untuk meningkatkan produktivitasnyaberupa material
incentive dan non material incentive secara manusiawi dengan para bawahannya.
Mencegah jangan sampai timbul benturan psikologis dan konflik antara
kepentingan pribadi denagan kepentingan organisasi.
Berdasarkan
uraian tersebut, Siagian (1982) berpendapat :
Fungsi human
relation dalam organisasi adalah perlu menjaga jangan sampai timbul
prtentangan-pertentangan yang runcing antara tujuan organisasi, karenanya
diusahakan agar supaya terdapat singkronisasi antra tujuan organisasi dengan
tujuan individu dalam organisasi, bahwa apabila tujuan organisasi tercapai, hal
itu sekaligus berarti tercapai pula tujuan dari individu dalam organisasi.
Sejalan dengan
fungsi human relation diatas, maka human relation dirasakan penting oleh para
pimpinan untuk menghindarkan konflik akibat salah komonikasi dan salah
interprestasi yang terjadi antara pimpinan dan para bawahannya.
Sedangkan
tujuan human relation menurut Wursanto (1987) yaitu untuk mendaptkan :
a.
Kepuasan hati pra karyawan
b.
Semangat keja yang tinggi
c.
Kerja sama yang tinggi
d.
Moral yang tinggi
e.
Disiplin yang tinggi
f.
Produksi yang tinggi, baik kuantitas maupun kualitas
g.
Loyalitas yang tinggi dari para karyawan.
Jadi dengan
demikian tujuan human relation pada dasarnya untuk menciptakan suatu kerja sama
yang akrab dan seirama dengan ahsil kerja hasil kerja yang memuaskan.
Oleh karena sudah selayaknya seorang pimpinan organisasi berusaha untuk selalu
menerapkan prinsip-prinsip human relation demi terciptanya hubungan kerja sama
yang harmonis antara karyawan dalam organisasi.
Dengan kata
lain, apabila seorang pimpinan organisasi melaksanakan fungsi dan tujuan human
relation, maka dapat di usahakan untuk ;
a) Membantu
memecahkan persoalan yang dihadapi oleh pegawai baik secara individual maupun
secara kelompok sehingga mereka merasa puas dan mudah di gerakan kearah
tercapainya tujuan yang di tetapkan.
b) Dapat menghindari
adanya rintanga-rintangan dalam komunikasi dan salah pengertian
c) Dapat
mengembangkan secara konstruktif sifat dan tabiat manusia.
d) Memperoleh
kesan para pegawai akan di peroleh moral, loyalitas, disiplin dan produktivitas
yang tinggi.
Dengan
demikian,kegiatan human relation yang berlangsung dalam suatu kantor,memiliki
fungsi dan tujuan yang lebih mengarah peningkatan hubungan yang harmonis demi
tercapainya target atau tujuan yang telah di tetapkan.
Human relation
memiliki azas-azas atau prinsip-prinsip yang dapat di terapkan sehingga
tercipta suasana kerja yang harmonis dalam organisasi,sehingga menimbulkan
kegairahan kerja yang pada akhirnya mewujudkan kerjasama.
3.
Prinsip-Prinsip Human Relation
Prinsip-Prinsip
human relation menurut Abdurahman ( 1980 ) adalah sebagai berikut:
a) Importance of
the Individual ( Pentingnya Individu)
b) Mutual
acceptance ( saling menerima )
c) Common Interest
( Kepentinggan bersama )
d) Oven
Communication ( Komonikasi terbuka )
e) Partisipasi
Pegawai
f)
Local Indetify ( Identitas lokal )
g) Local decision
( Kepentingan setempat )
h) High Moral Standarts
( Standar mioral yang tinggi )
Selanjutnya
menurut Syamsudin ( 1993 ) adalah sebagai berikut:
a.
Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan kariawan
b.
Kepuasan kerja terhadap tugas dan Pekerjaan
Dengan di terapkannya
prinsip-prinsip human relation tersebut dalam organisasi maka di harapkan dapat
meningkatkan kinerja kariawan melaksanakan tugas-tugas para kariawan yang baik
dan bertanggung jawab
Pimpinan yang
baik dalah Pimpinan yang mampu menciptakan hubungan yang baik antara personil
atau orang –orang yang ada di dalam baik itu antara atasan dan bawahan maupun
antara bawahan dan bawahan. Hubungabn harmonis ini di maksudkan untuk
meningkatkan Motifasi dalam organisasi
Menurt Martono
(1991): “hubungan harmonis yang terjadi antara atasan dengan bawahan, akan
meningakibatkan hubungan positif yang saling menguntunkan.
Dari pendapat
tersebut, dapat di simpulkan hubungan kerjasama antara atasan dan bawahan, akan
menimbulkan satu kekuatan yang mengakiobatklan hubungan baik tang saling
menguntungkan antara keduanya.
Organisasi
merupakn wadah orang - orang untuk berinteraksi dan kerjasama. Oleh karena itu
kegiatan tersebut harus dapat berjalan baik guna kelancaran aktifitas kerja
kariawan agar semuanya itu dapat berjalan dengan baik, maka orang-orang yang
terlibat dalam usaha kerjasama tersebut harus dapat saling percaya, terbuka,
bertanggungjawab dan memelihara keutuhan antara satu dengan yang lain.
Kepuasan
kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini, nampak dalam
sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di
lingkungan kerjanya. Siagian (1995 ; 95 ) menyatakan bahwa ; “Kepuasan kerja
akan mempengaruhi tingkat absensi, perputran tenaga kerja, semangat kerja,
kebutuhan-kebutuhan, dan masalah-masalah lainnya”. Seseorang merasa puas dalam
pekerjaannya karena yang bersangkutan menyadari bahwa apa yang dicapai sudah
maksimal. Dalam situasi demikian, dia berusaha berprestasi sebaik mungkin.
Kepuasan kerja perlu untuk memelihara karyawan agar betah tanggap terhadap
lingkungan kerja yang diciptakan. Kondisi kepuasan atau ketidakpuasan kerja
tersebut, selanjutnya menjadi umpan balik yang mempengaruhi prestasi kerja di
waktu yang akan datang.
Tujuan
perusahaan hanya dapat di capai, jika karyawan bergairah dan mau memberikan
kemampuannya mengerjakan pekerjaan serta berkeinginan untuk mencapai prestasi
kerja yang optimal.
Menurut Handoko
( 1987 ), kepuasan kerja ( job satisfaction ) merupakan keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang
pekerjaan mereka.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar