Senin, 16 Juni 2014

Teori Organisasi Human Relations

Human relation dalam bahasa Indonesia ada yang menerjemahkan menjadi” Hubungan manusia” dan ada pula yang mengalibahasakan menjadi “hubungan antar manusia”. Baik dalam istilah “ hubungan manusia “ maupun” dalam pengetian wujud manusia ( human Being), melainkan dala makna proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan berdasarka watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkahlaku, dan aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia. Olehnya itu , terjemahan yang paling mendekati makna dan masud human relation adalah hubungan manusiawi atau hubungan insani.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada pendapat beberapa ahli mengenai pengertian hubungan human relation ini. Menurut Wursanto ( 1987) human relation adalah :
Istilah hubungan kemanusiaan sering disebut juga hubungan antra manusia. Kata istilah tersebut terjemahan dari kata human relation.hubngan antara manusia, memandang amnesia dalam bentuk  wujudnya saja atau secara lahirnya saja, sebaliknya dalam hubungna kemanusiaan yakni memeandang manusia bukan saja dari wujudnya saja, tetapi dair segi sifatnya, wataknya, sikapnya, tingkahlakunya, kepribadiannya, dan berbagai aspek kejiwaan lainya yang ada pada diri manusia. Dengan demikian titik berat pada hubungan kemanusiaan yaitu dari segi manusianya
Jadi istilah human relation adalah terjemahan kata hubungan kemanusiaan yang bersifat rohaniah dengan memperhatikan aspek-aspek kejiwaan yang ada didiri manusia misalnya: watak, sikap, tingkahlaku, peramai, dan lain-lain aspek kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia.
Menurut Zinun ( 1984) mengatakan bahwa :
Human relatiom sebagai suatu lapangan dari kegiatan manajemen, lebih merupakan proses pengintegrasian manusia pada alam suatu situasi kerja sehingga mereka dapat didorong untuk bekerja sama secara produktif guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, human relation adalah penyatuan manusia dalam hal ini, penyatuan kedalam situqasi kerja sehingga tercipta kerja sama yang abaik dalam upaya pencapain tujuan organisasi. Sedangkan menurut The Liang Gie (1978) mengemukakan bahwa human relation dalah adanya suatu  interaksi bukan sekedar relasi atau hubungan yang pasif melainkan suatu aktivitas yang merupakan ‘action orianted’ untuk mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan.
Pengertian diatas menekankan pada proses hubungan kerja sama antara orang-orang yang ada didalamnya atau orientasi kegiatan yang dilakaukan bersama-sama dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Jadi human relation menyangkut persoalan mengenai hubungan antara manusia dengan pekerjaannya.
Menurut Effendy (1993), human relation yaitu :
a.   Dalam arti luas, human relation adalah komonikasi persuasive yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dlam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan sehingga menimbulkan kebahagian dan kepuasan hati kedua belah pihak.
b.   Dalam arti sempit, human relation adalah komonikasi persuasive yang dilakukan oleh seseoramng kepada orang lain dlam situasi kerja (work situation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja  dengan semangat bekerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati.
Jadi human relation dalam arti luas merupakan komunikasi yang dilakukan di saja, baik di rumah, di jalan, di pasar dan dalam berbagai kesempatan, sedangkan dalam arti sempit, di maksudkan sebagai komunikasi yang dilakukan dalam situasi formal. Dengan demikian, dalam human relation, aspek komunikasi harmonis sangat di perlukan agar human relation yang berlangsung betul-betul memiliki dampak yang bersifat positif terdapat kelancaran kerja karyawan.
Dari berbagai pengertian dan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya human relation keseluruhan hubungan (interaksi) yang dilakukan yang bersifat rohaniah yang terjadi antara  orang yang terlibat dalam organisasi dalam rangka penyelesaian tugas dan tanggung jawab dengan tetap memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan yang di miliki setiap individu, sehingga tujuan organisasi yang telah di tetapkan dapat terwujud.
Yang terpenting dalam human relation adalah terdapatnya hubungan (interaksi) komunikatif persuasif dan kedua belapihak merasa hatinya puas, yang merupakan aspek manusiawi dari human relati
2. Fungsi dan Human Relation
Setiap orang dalam suatu organisasi berbeda satu dengan yang lainnya.perbedaan itu misalnya watak, sikap, tabiat, atau tingkah lakunya, sebab seorang pimpinan harus mempelajari dan mengetahui tabiat atau sifat dari setiap bawahanya. Seperti yang ditemukan oleh Uchjanan ( 1992 ) bahwa ;
Untuk mempreaktekkan human relation, seorang pimpinan harus sedikit banyak mempelajari tabiat bawahanya, walaupun tidak secara mendalam agar dapat memahami satu sama lain dan perlu mengetahui tingkah laku dalam hidup berkelumpok dan bermasyarakat.
Kemudian yang membedakan manusia satu dengan yang lainya  ialah siafat-sifat rohaniahnya. Dalam pertumbuhannya, manusia bukan saja mengalami perkembangan dalam segi jasmaniahnya saja, tetapi juga rohaniahnya. Dan perkembangan ini membentuk jiwanya, dan tingkah lakunnya.
Kunci aktivitas  human relation adalah motivasi para karyawan untuk bekerja lebih giat. Pimpinan harus mengadakan hubungan yang abaik dimana motivasi sebagai pendorong karyawan untuk meningkatkan produktivitasnyaberupa material incentive dan non material incentive secara manusiawi dengan para bawahannya. Mencegah jangan sampai timbul benturan psikologis dan konflik antara kepentingan pribadi denagan kepentingan organisasi.
Berdasarkan uraian tersebut, Siagian (1982) berpendapat :
Fungsi human relation dalam organisasi adalah perlu menjaga jangan sampai timbul prtentangan-pertentangan yang runcing antara tujuan organisasi, karenanya diusahakan agar supaya terdapat singkronisasi antra tujuan organisasi dengan tujuan individu dalam organisasi, bahwa apabila tujuan organisasi tercapai, hal itu sekaligus berarti tercapai pula tujuan dari individu dalam organisasi.
Sejalan dengan fungsi human relation diatas, maka human relation dirasakan penting oleh para pimpinan untuk menghindarkan konflik akibat salah komonikasi dan salah interprestasi  yang terjadi antara pimpinan dan para bawahannya.
Sedangkan tujuan human relation menurut Wursanto (1987) yaitu untuk mendaptkan :
a.   Kepuasan hati pra karyawan
b.   Semangat keja yang tinggi
c.   Kerja sama yang tinggi
d.   Moral yang tinggi
e.   Disiplin yang tinggi
f.   Produksi yang tinggi, baik kuantitas maupun kualitas
g.   Loyalitas yang tinggi dari para karyawan.
Jadi dengan demikian tujuan human relation pada dasarnya untuk menciptakan suatu kerja sama yang akrab dan seirama dengan ahsil kerja hasil kerja yang  memuaskan. Oleh karena sudah selayaknya seorang pimpinan organisasi berusaha untuk selalu menerapkan prinsip-prinsip human relation demi terciptanya hubungan kerja sama yang harmonis antara karyawan dalam organisasi.
Dengan kata lain, apabila seorang pimpinan organisasi melaksanakan fungsi dan tujuan human relation, maka dapat di usahakan untuk ;
a)  Membantu memecahkan persoalan yang dihadapi oleh pegawai baik secara individual maupun secara kelompok sehingga mereka merasa puas dan mudah di gerakan kearah tercapainya tujuan yang di tetapkan.
b)  Dapat menghindari adanya rintanga-rintangan dalam komunikasi dan salah  pengertian
c)  Dapat mengembangkan secara konstruktif sifat dan tabiat manusia.
d)  Memperoleh kesan para pegawai akan di peroleh moral, loyalitas, disiplin dan produktivitas yang tinggi.
Dengan demikian,kegiatan human relation yang berlangsung dalam suatu kantor,memiliki fungsi dan tujuan yang lebih mengarah peningkatan hubungan yang harmonis demi tercapainya target atau tujuan yang telah di tetapkan.
Human relation memiliki azas-azas atau prinsip-prinsip yang dapat di terapkan sehingga tercipta suasana kerja yang harmonis dalam organisasi,sehingga menimbulkan kegairahan kerja yang pada akhirnya mewujudkan kerjasama.
3. Prinsip-Prinsip Human Relation
Prinsip-Prinsip human relation menurut Abdurahman ( 1980  ) adalah sebagai berikut:
a)  Importance of the Individual ( Pentingnya Individu)
b)  Mutual acceptance ( saling menerima )
c)  Common Interest ( Kepentinggan bersama )
d)  Oven Communication ( Komonikasi terbuka )
e)  Partisipasi Pegawai
f)   Local Indetify ( Identitas lokal )
g)  Local decision ( Kepentingan setempat )
h)  High Moral Standarts ( Standar mioral yang tinggi )
Selanjutnya menurut Syamsudin ( 1993 ) adalah sebagai berikut:
a.   Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan kariawan
b.   Kepuasan kerja terhadap tugas dan Pekerjaan
Dengan di terapkannya prinsip-prinsip human relation tersebut dalam organisasi maka di harapkan dapat meningkatkan kinerja kariawan melaksanakan tugas-tugas para kariawan yang baik dan bertanggung jawab
Pimpinan yang baik dalah Pimpinan yang mampu menciptakan hubungan yang baik antara personil atau orang –orang yang ada di dalam baik itu antara atasan dan bawahan maupun antara bawahan dan bawahan. Hubungabn harmonis ini di maksudkan untuk meningkatkan Motifasi dalam organisasi
Menurt Martono (1991): “hubungan harmonis yang terjadi antara atasan dengan bawahan, akan meningakibatkan hubungan positif yang saling menguntunkan.
Dari pendapat tersebut, dapat di simpulkan hubungan kerjasama antara atasan dan bawahan, akan menimbulkan satu kekuatan yang mengakiobatklan hubungan baik tang saling menguntungkan antara keduanya.
Organisasi merupakn wadah orang - orang untuk berinteraksi dan kerjasama. Oleh karena itu kegiatan tersebut harus dapat berjalan baik guna kelancaran aktifitas kerja kariawan agar semuanya itu dapat berjalan dengan baik, maka orang-orang yang terlibat dalam usaha kerjasama tersebut harus dapat saling percaya, terbuka, bertanggungjawab dan memelihara keutuhan antara satu dengan yang lain.
  Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini, nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Siagian (1995 ; 95 ) menyatakan bahwa ; “Kepuasan kerja akan mempengaruhi tingkat absensi, perputran tenaga kerja, semangat kerja, kebutuhan-kebutuhan, dan masalah-masalah lainnya”. Seseorang merasa puas dalam pekerjaannya karena yang bersangkutan menyadari bahwa apa yang dicapai sudah maksimal. Dalam situasi demikian, dia berusaha berprestasi sebaik mungkin. Kepuasan kerja perlu untuk memelihara karyawan agar betah tanggap terhadap lingkungan kerja yang diciptakan. Kondisi kepuasan atau ketidakpuasan kerja tersebut, selanjutnya menjadi umpan balik yang mempengaruhi prestasi kerja di waktu yang akan datang.
Tujuan perusahaan hanya dapat di capai, jika karyawan bergairah dan mau memberikan kemampuannya mengerjakan pekerjaan serta berkeinginan untuk mencapai prestasi kerja yang optimal.
Menurut Handoko ( 1987 ), kepuasan kerja ( job satisfaction ) merupakan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.

Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar