Organisasi kurikulum adalah struktur
program kurikulum yang berupa kerangka umum program-pengajaran pengajaran yang
akan disampaikan kepada peserta didik (Nurgiantoro, 1988: 111). Adapun S.
Nasution (1989: 80) menyebutkan dilihat dari organisasi kurikulum terdapat tiga
tipe atau bentuk kurikulum, yakni: (1) Separated Subject Curriculum; (2) Correlated Curriculum; (3) Integrated Curriculum. Sebenarnya pemisahan tersebut
lebih bersifat teoritis, karena pada kenyataannya tidak ada kurikulum yang
secara mutlak mendasarkan pada salah satu bentuk saja tanpa mengaitkannya
dengan yang lain. Berikut uraian dari organisasi kurikulum:
a. Separated Subject
Curriculum
Pada bentuk ini,
bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang terpisah dan tidak mempunyai
kaitan sama sekali. Sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang
lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung
pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian
pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik
yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum yang
disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered, berpusat ada
bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada minat dan kebutuhan
anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan
pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak
secara keseluruhan.
Ada beberapa
keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain: (1) Penyajian bahan
pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis; (2) Organisasi kurikulum
bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan, serta
mudah dilaksanakan; (3) Mudah dievaluasi dan dites; (4) Dapat digunakan dari
tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi; (5) Pendidik atau guru sebagai
pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih mudah; (6) Tidak sulit untuk
diadakan perubahan-perubahan; (7) Lebih tersusun secara sistematis.
Di samping adanya
keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa kelemahan dari bentuk
separated subject curriculum, sebagai berikut: (1) Bentuk mata pelajaran yang
terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan dan tidak mendidik anak
dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka; (2) Tidak memperhatikan masalah
sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik secara faktual dalam
kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya berpedoman pada apa yang
tertera dalam buku atau teks; (3) Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan
peserta didik; (4) Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang
memperhatikan pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta
didik serta hanya memusatkan pada perkembangan intelektual; (5) Kurikulum
semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena mengutamakan
penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan; (6) Separated curriculum ini
cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.
b. Correlated
Curriculum
Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang
menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran
tersebut. Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
Kedua, menghubungkan
secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang dibicarakan dalam
berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika dibicarakan dalam
mata pelajaran agama.
Ketiga, batas mata
pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan batasan masing-masing
mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut
sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan peleburan dari
mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan
bahasa.
Organisasi
kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai beberapa keunggulan
dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara lain: (1) Menunjukkan
adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam pelajaran
disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu; (2) Dapat menambah interes dan
minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara berbagai mata pelajaran;
(3) Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan
penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran; (4) Adanya kemungkinan
untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional; (5) Lebih mengutamakan
pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan
penguasaan fakta-fakta.
Selain correlated
curriculum mempunyai kelemahan, antara lain: (1) Bahan yang disajikan tidak
berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta didik; (2)
Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai
mata pelajaran; (3) Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis
dan sistematis; (4) Kebanyakan di antara para pendidik atau guru kurang
menguasai antar disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau
siswa.
c. Integrated
Curriculum
Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan
pada suatu masalah atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran
diharapkan dapat terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai dengan
lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah
harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di luar
sekolah.
Organisasi
kurikulum ini mempunyai kelebihan, sebagai berikut: (1) Segala permasalahan
yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat; (2) Sangat sesuai dengan
perkembangan moderen tentang belajar mengajar; (3) Memungkinkan adanya hubungan
antara sekolah dan masyarakat; (4) Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta
didik dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri dan memikul tanggung
jawab bersama serta bekerja sama dalam kelompok; (5) Penyajian bahan
disesuaikan dengan kemampuan individu, minat dan kematangan peserta didik baik
secara individu maupun secara kelompok.
Adapun kelemahan
dari organisasi kurikulum ini adalah: (1) Pendidik atau guru tidak dilatih
melakukan kurikulum semacam ini; (2) Organisasinya tidak logis dan kurang
sistematis; (3) Terlalu memberatkan tugas pendidik; (4) Kurang memungkinkan
untuk dilaksanakan ujian umum; (5) Peserta didik dianggap tidak mampu ikut
serta dalam menentukan kurikulum; (6) Sarana dan prasarana yang kurang memadai
untuk menunjang pelaksanaan kurikulum tersebut.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar