2.1 Keadaan
Umum Bosnia Herzegovina
Negara pecahan Yugoslavia ini terletak di Barat Daya Eropa. Luas
negaranya 51.233 km2. Jumlah penduduk Bosnia sebanyak 3.800.000 jiwa
dengan presentase etnis di Bosnia 47 % bosnia, etnis Serbia 39 %, etnis
kroasia 17 %. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Serbo–Kroasia (bahasa
resmi), Slow, dan Serbia. Hasil pertanian yang paling banyak dihasilkan adalah
jagung, gandum, dan jawaaut. Mata uang yang digunakan adalah mata uang dinar.
Bosnia Herzegovina dibagi menjadi Federasi Bosnia dan Herzegovina
dan Republika Srpska. Distrik Brčko bukan bagian kedua entitas politik ini, tetapi diperintah secara
supranatural dan dijaga olehe tentara internasional. Federasi Bosnia dan
Herzegovina dibagi menjadi 10 kanton: Una Sana, Posavina,
Tuzla, Zenica-Doboj, Podrinje Bosnia, Bosnia Tengah, Herzegovina-Neretva, Herzegovina
Barat, Sarajevo, Bosnia Barat.
2.2 Sejarah
Bosnia Herzegovina
Kekuatan yang berpengaruh dalam sejarah negeria Bosnia muncul
pada akhir abad ke-13, ketika wilayah tersebut ditaklukkan oleh kerajaan Turki
Usmani. Dalam perkembangannya, kaum Muslim Bosnia mendapatkan status sama
dengan orang Turki asli. Mereka menjadi tangan kanan orang Turki untuk
memerintah penduduk Bosnia yang tetap memeluk agama leluhurnya. Oleh karena itu
mereka menjadi pembela fanatik Kesultan Usmani untuk menjaga hak-hak istimewa
mereka. Ketika Turki melemah, negara-negara
jajahannya di Balkan memerdekakan diri. Salah satu di antaranya adalah Serbia.
Negara yang baru merdeka ini berusaha menggabungkan Bosnia namun ambisinya
digagalkan oleh kekaisaran Austria - Hongaria, yang mencaplok wilayah tersebut
pada tahun 1908. Hal tersebut kemudian mendorong kaum nasionalis Serbia
membunuh putera mahkota kekaisaran tersebut di Sarajevo pada tahun 1914, yang
kemudian menyebabkan pecahnya Perang Dunia I.
Setelah Perang Dunia I usai, Bosnia-Herzegovina, bersama-sama dengan
Kroasia, Slovenia, dan Vojvodina, diserahkan oleh Austria kepada Kerajaan Serbia-Montenegro.
Dari penggabungan ini muncullah Kerajaan Yugoslavia (Slavia Selatan). Akan
tetapi perpecahan segera melanda negeri itu akibat pertentangan dua etnis
utamanya. Orang Serbia berusaha membangun negara kesatuan sementara orang
Kroasia menginginkan federasi yang longgar. etnis Bosnia terjebak
dalam pertikaian tersebut karena kedua pihak memperebutkan wilayah tersebut.
Beberapa etnis Bosniamendukung klaim Serbia dan menyebut dirinya sebagai etnis Serbia.
Namun lebih banyak lagi yang pro Kroasia dan menyebut dirinya sebagai orang etnis Kroasia.
Pertentangan tersebut kemudian meledak menjadi kekerasan setelah Jerman Nazi
menguasai Yugoslavia tahun 1941.
Setelah meraih kekuasaan atas Yugoslavia, Tito berusaha membangun
kembali persaudaran negeri itu di bawah bendera komunisme. Dalam upayanya untuk
mengatasi perselisihan antar kelompok etnis dan agama, dia membentuk negeri itu
menurut sistem federal yang ditarik berdasarkan etnisitas. Bosnia, yang karena
memiliki penduduk yang plural, merupakan ujian berat bagi Tito. Orang Serbia
menuntut penggabungan wilayah tersebut karena penduduk Serbia yang hampir
mencapai setengah dari total penduduk di sana pada masa itu. Akan tetapi Tito
menolaknya. Dia tidak ingin membuat Serbia menjadi kuat seperti sebelumnya.
Oleh karena itu, dia memutuskan untuk memecah belah orang Serbia. Wilayah
Serbia diperkecil dengan membentuk dua republik federal (yaitu Montenegro dan
Makedonia) serta dua propinsi otonom (Vojvodina dan Kosovo). Tito, sebagai
seorang Kroasia-Bosnia, memutuskan bahwa wilayah Bosnia-Herzegovina harus
menjadi sebuah republik federal.
Dengan demikian, orang Serbia dapat diimbangi oleh gabungan etnis
Bosnia-Kroasia di wilayah tersebut. Selain itu, Tito memutuskan bahwa etnis Bosnia
diperbolehkan menyebut dirinya sebagai orang Muslimani (Muslim) sehingga tidak
perlu menyebut dirinya sebagai orang Muslim Serbia atau Muslim Kroasia.
Dalam menghadapi ketidakpuasan atas keputusan tersebut, rezim Tito
memakai tangan besi untuk menghadapinya. Cara tersebut memang efektif tapi
hanya untuk sementara waktu. Ketika Tito meninggal, pertikaian antar etnik dan menjurus
kepadaagama kembali meletus di Yugoslavia, yang kemudian meruntuhkan negara
tersebut.
Pada tahun 1389, orang–orang Utsmaniyah yang dipimpin oleh Sultan
Murad bin Orkhan berhasil meraih kemenangan yang meremukkan tentara Serbia
dalam perang Kosovo, dan menjadikan Bosnia sebagai bagian dari wilayah
Utsmaniyah (Turki) dari tahun 1463. Sejak saat itulah Islam mulai menyebar
dan mendarah daging di sana. Orang–orang Utsmaniyah telah menderita kerugian
cukup lama karena kekayaan lokal negeri ini disubsidi oleh orang–orang Eropa.
Pada tahun 1878, Austria berhasil menguasai dua wilayah, yaitu
Bosnia dan Herzegovina yang telah direbutnya dari tangan pemerintahan
Utsmaniyah. Maka, pada tahun 1908, kekaisaran Austria mengumumkan
penggabungan Bosnia dan Herzegovina ke dalam wilayahnya. Etnis Bosnia bangkit
menentang keputusan ini dengan segala kekuatan, tetapi usaha mereka berakhir
dengan sia–sia. Percikan awal yang menyebabkan terjadinya Perang Dunia I
bermula dari Sarajevo (ibukota Bosnia) sebagai pengaruh atas pembunuhan putra
mahkota Austria, Frans Ferdinand dan istrinya di tangan seorang pemuda bernama
Princip yang mengaku sebagai pemuda anggota gerakan Serbia raya. Peperangan ini
telah membawa kehancuran kekaisaran Austria/Hungaria. Maka, Hungaria memisahkan
diri dan mendirikan kerajaan Yugoslavia (dengan menjadikan Bosnia dan
Herzegovina sebagai bagian dari wilayahnya) pada tahun 1918.
Pada masa antara dua Perang Dunia ini, Bosnia berada di bawah
naungan kekuasaan Yugoslavia (Serbia–Kroasia–Slovenia). Pada tahun 1971, negara
Federasi Yugoslavia mengizinkan etnis Bosnia untuk membentuk daerah
otonomi yang tergabung ke dalam federasi ini (pada masa presiden Bros Tito).
2.3
Kemerdekaan Bosnia dan Timbulnya Perang Saudara
Terjadinya perubahan politik globalisasi membawa pangaruh di negara
Federasi Yugoslavia. Perang saudara di Yugoslavia diawali dengan merdekanya
Kroasia dan Slovenia pada tanggal 25 Juni 1991. Mereka memisahkan diri dari
negara Federasi Yugoslavia. Hal ini membuat Serbia marah karena rencananya
mendirikan negara Serbia Raya akan gagal apabila negara–negara bagian
Yugoslavia satu per satu memisahkan diri. Serbia tidak tinggal diam. Serbia
melakukan penyerangan ke Slovenia dan Kroasia untuk mencaplok kembali wilayah
yang sudah meredeka itu menjadi wilayah kekuasaan etnis Serbia.
Kemudian, lewat kehancuran Komunis pada tahun 1990, parlemen
Bosnia dan Herzegovina malakukan pemungutan suara pada tanggal 15 Oktober 1991
untuk mengusahakan pelepasan wilayah ini dari Yugoslavia, dan hasilnya
rakyat Bosnia dan Herzegovina sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Bosnia mengumumkan kemerdekaannya di bawah kepemimpinan Ali Izzet Begovic yang
memenangkan pemilihan presiden pada tahun yang sama.
PBB dan negara–negara besar lalu merestuinya, juga lebih dari 120
negara lainnya. Ketika Federasi Yugoslavia itu hancur, tinggallah di Bosnia
60.000 tentara Serbia yang dengan persenjataan dan perbekalan lengkap yang
memungkinkan orang–orang Serbia yang minoritas menindas kaum muslimin yang ada
di Bosnia.
2.4 Tragedi
Kemanusiaan Bosnia Herzegovina
Sejak kemerdekaannya, Bosnia Herzegovina baru merasakan kedukaan
yang mendalam akibat konflik berdarah yang disebabkan oleh permusuhan monster
Serbia. Metode penghapusan ras ini dilakukan terhadap etnis Bosnia sebagai
upaya penghilangan etnis tertentu.
Konflik yang terjadi antara etnis Bosnia dan etnis serbia berawal
dari keinginan masyarakat Bosnia untuk memerdekakan diri dari wilayah Serbia.
Akibat dari jatuhnya kekuatan negara Yugoslavia menjadi beberapa negara.
Sehingga Bosnia yang merupakan bagian wilayah dari Yugoslavia juga berusaha
untuk memerdekakan dirinya. Hal ini yang kemudian ditentang oleh masyarakat
Serbia yang tetap menginginkan Bosnia menjadi wilayah dari negara Serbia. Hal
ini disebabkan karena letak etnis Serbia menginginkan menguasai wilayah Bosnia
dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Hal ini menyingkirkan etnis asli
Bosnia yang tidak menginginkan Bosnia kembali menguasai mereka.
Konflik ini merupakan konflik lokal antara penduduk asli Bosnia yang
menginginkan kemerdekaan penuh bagi negara Bosnia sesuai dengan referendum yang
telah dilakukan masyarakat Bosnia. Namun hal ini kemudian di tentang keras oleh
etnis Serbia. Sehingga konflik ini kemudian menjadi konflik antar etnis. Yaitu
antara etnis Serbia dan etnis Bosnia yang memang memiliki banyak perbedaan
terutama soal keyakinan. Konflik ini kemudian semakin besar mengingat ada
upaya-upaya dari etnis Serbia yang didukung oleh tentara dan presidennya untuk
melakukan pembersihan etnis terhadap etnis Bosnia.
Serbia membombardir ibukota Bosnia, Sarajevo dan kota lainnya
dibombardir habis–habisan, gerilyawan Bosnia ditangkap dan disiksa dalam
kamp–kamp konsentrasi dan puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil Bosnia diperkosa.
Data menyebutkan bahwa korban kaum muslimin sepanjang perang ini mencapai
200.000 orang yang terbunuh.Dunia pada saat itu dipenuhi
oleh korban pembantaian dan kuburan massal yang menakutkan yang ditimpakan
Serbia kepada etnis Bosnia.
Konflik ini semakin meningkat ketika Serbia membombardir
ibukota Bosnia, Sarajevo dan kota lainnya dibombardir habis–habisan, gerilyawan
Bosnia ditangkap dan disiksa dalam kamp–kamp konsentrasi dan puluhan ribu
wanita muda dan gadis kecil Bosnia diperkosa. Data menyebutkan bahwa korban
etnis Serbia sepanjang perang ini mencapai 200.000 orang yang terbunuh. Dunia pada saat itu dipenuhi oleh korban
penyembelihan dan kuburan massal yang menakutkan yang ditimpakan Serbia kepada
etnis Bosnia. Sampai pada awal 1993, konflik antara Serbia dan Bosnia
masih belum reda walaupun pasukan penjaga perdamaian PBB yang terdiri atas
tentara Amerika Serikat, Inggris, Perancis telah melakukan operasi pemeliharaan
perdamaian.
Pembantaian ribuan etnis Serbia di Srebrenica pada Juli 1995 juga menjadi
konflik ini semakin berkepanjangan. Dan menyebabkan dinamika konflik Bosnia
semakin meningkat. Sekitar 8.000 etnis Bosnia, yang sebagian besar adalah pria
dan anak laki-laki, dibantai dalam aksi yang paling biadab dalam sejarah Eropa. Pembantaian berlangsung saat pasukan Serbia menyerang
wilayah aman dalam perlindungan PBB, yakni Srebrenica. Pasukan Belanda yang
berjaga di sana tidak mampu berbuat apa pun. Dalang pembantaian itu Radovan
Karadzic, yang saat itu menjabat pemimpin perang Bosnia Serbia, dan Jenderal
Ratko Mladic.
Pembantaian ini dimulai ketika para pengungsi yang berasal dari
etnis Serbia melakukan pelarian ke wilayah Srebrenica. Para pengungsi ini
menyangka bahwa wilayah Srebrenica merupakan wilayah aman karena dijaga oleh
pasukan NATO. Namun, ternyata itu hanyalah tipuan dari tentara serbia untuk
melakukan pembunuhan massal terhadap etnis Bosnia. Di wilayah ini kemudian
ditemukan kuburan massal etnis bosnia yang di kubur secara massal oleh tentara
Serbia.
2.5 Upaya
Perdamaian
Komunitas Internasional banyak membantu mengakhiri konflik yang
terjadi di Bosnia. Pengiriman pasukan perdamaian yang dilakukan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa, NATO dan juga Upaya perundingan yang diprakarsai
oleh Uni Eropa dan juga Amerika Serikat. Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun
1992 Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk UNPROFOR ( United Nation Protection
Force) yaitu pasukan perdamaian yang ditugaskan untuk menjaga perdamaian di
negara-negara pecahan Yugoslavia. Termasuk Bosnia. UNPROFOR
ini terdiri dari negara-negara anggota PBB yang mengirimkan pasukan
perdamaiannya guna menjaga perdamaian di Bosnia. Pasukan perdamain ini terdiri
dari negara Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Prancis dan Indonesia tergabung
dalam UNPROFOR ini. Sekitar 17.000 pasukan UNPROFOR tercatat dalam misi
perdamaian di Yugoslavia termasuk Bosnia. Indonesia juga tercatat membantu
menjaga perdamaian di Bosnia dengan mengirimkan pasukan Garuda 14 yang terdiri
dari 25 anggota yang ditugaskan untuk menjaga perdamaian di Bosnia dan juga memberikan
bantuan medis dan obat-obatan.
Selain itu juga Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan kepada Serbia
untuk menarik pasukannya dari wilayah Bosnia dan meminta dilakukannya
perundingan untuk mengakhiri konflik tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
mengirimkan utusannya sebagai mediasi guna mencari penyelesaian konflik antara
Serbia dan Bosnia. Perserikatan Bangsa-bangsa mengutus Lewis Mckeujic selaku
kepala staf UNPROFOR. Lewat letnan Mckeujic ini terjadi perundingan antara
Serbia dan Bosnia untuk membahas mengenai penyelesaian perang di kawasan
tersebut. Perundingan ini dilaksanakan di Sarajevo tahun 1992. Dalam
perundingan ini tidak tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak dikarenakan
pihak Bosnia meninggalkan perundingan karena terjadi ledakan bom di Sarajevo
yang banyak menewaskan warga etnis Bosnia.
Uni Eropa juga ikut berpartisipasi dalam proses perdamaian yang
terjadi di Bosnia. Masyarakat Uni Eropa mencoba mengajak kedua belah pihak yang
bertikai untuk mau melakukan perundingan guna menyelesaikan konflik tersebut.
Masyarakat Uni Eropa menjadi mediator perundingan antara Serbia dan juga Bosnia
dalam perundingan Lissabon yang dilaksanankan pada tahun 1992 guna mencari
solusi kedua belah pihak dalam menyelesaikan konflik tersebut. Dalam perjanjian
ini kedua belah pihak sepakat menjadikan Bosnia sebagai negara Federasi yang
terdiri dari tiga etnis dan memiliki wilayah masing-masing dari etnis tersebut.
Yaitu, etnis Muslim Bosnia, etnis Serbia, dan etnis Kroat Kroasia. Namun
perjanjian ini juga belum mampu menghentikan kekerasan yang terjadi di Bosnia.
Karena ledakan yang terjadi di Sarajevo tersebut menyebabkan pihak Bosnia masih
merasa terancam walaupun telah terjadi kesepakatan.
NATO sebagai sebuah pakta keamanan atlantik juga turut berpartisipasi
dalam menjaga perdamaian di kawasan Bosnia dan mengupayakan tercapainya
perdamaian di wilayah tersebut. Sekitar 35.000 pasukan NATO berada di
wilayah-wilayah bekas negara Federasi Yugoslavia, termasuk Bosnia. NATO jualah akhirnya yang memaksa Serbia untuk melakukan
perundingan perdamaian pada tahun 1995 dengan melakukan penyerangan terhadap
negara Serbia. Hal ini dilakukan karena upaya-upaya perdamaian yang telah
dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa serta negara-negara
lainnya belum mampu mengatasi krisis yang terjadi di Bosnia.
1. Perundingan Sarajevo.
Pada tanggal 17 Maret 1992 dilaksanakan pertemuan yang kelima kalinya antara
tokoh-tokoh etnis Bosnia Herzegovina (Muslim, Kroasia dan Serbia) yang
disponsori oleh Masyarakat Eropa dibawah diplomat Portugal, Hose Cutleri, yang
menyarankan adanya kantonisasi. Bosnia Herzegovina akan menjadi negara yang
terdiri dari 3 unit etnik dan tetap berada didalam batas wilayah yang ada
sekarang. Usul ditolak oleh Presiden Bosnia Herzegovina, Alija
Izetbegovic yang mengakibatkan tidak tercapainya kesepakatan dalam
perundingan tersebut.
2. Pada
tanggal 5 Nopember 1992, dilaksanakan perundingan diantara ketiga kelompok
pihak yang bertikai di Jenewa untuk menyusun Undang-Undang Republik Bosnia
Herzegovina. Pihak Muslim Bosnia Herzegovina mendesak diberlakukannya
regionalisasi Bosnia Herzegovina tanpa berdasarkan etnis tetapi berdasarkan
prinsip geografis. Pihak Serbia Bosnia Herzegovina yang didukung oleh Kroasia
Bosnia Herzegovina mendesak konsep pembagian wilayah Bosnia Herzegovina
berdasarkan 3 etnis.
3. Pada
tanggal 3 dan 4 Januari 1993, para wakil dari 3 pihak yang bertikai di Bosnia
Herzegovina mengadakan perundingan paripurna untuk yang pertama kalinya diJenewa. Ketua
Bersama Konperensi, Lord Owen dan Vance mengusulkan suatu peta yang membagi
Bosnia Herzegovina terdiri atas 10 propinsi dimana masing-masing mempunyai
wewenang yang luas dibandingkan dengan pemerintah pusat. Bosnia Herzegovina
akan merupakan negara desentralisasi dengan pemerintahan yang kuat di 10 provinsi
yang bukan berdasarkan etnis akan tetapi berdasarkan prinsip geografis,
historis dan komunikasi.
4. Pada
tanggal 25 - 26 Mei 1994, wakil pihak-pihak yang bertikai di wilayah Bosnia
Herzegovina (Muslim Bosnia Herzegovina, Serbia Bosnia Herzegovina dan Kroasia
Bosnia Herzegovina) beserta “Kontak Group” internasional masalah Bosnia
Herzegovina (wakil negara AS, Russia dan EU) mengadakan perundingan di Talloires(Perancis) guna mencari
upaya penyelesaian krisis yang terjadi di wilayah Bosnia Herzegovina.
Perundingan yang berlangsung selama 2 hari tersebut memfokuskan pembicaraan
tentang implementasi keputusan yang dibuat dalam pertemuan tingkat Menteri dari
negara AS, Russia dan kelompok EU pada tanggal 13 Mei 1994 di Jenewa yaitu
negara Federasi Muslim - Kroasia Bosnia Herzegovina dimasa yang akan datang
akan memiliki wilayah 51% dan Faksi Serbia Bosnia Herzegovina 49%. Tidak terdapat
hasil yang konkrit dari pertemuan tersebut namun disepakati perundingan akan
dilanjutkan kembali.
5. Pada
tanggal 21 Juli 1994 wakil dari pihak-pihak yang bertikai di Bosnia Herzegovina
beserta anggota Kontak Group mengadakan pertemuan di Jenewa guna
membicarakan pengakhiran krisis di Bosnia Herzegovina. Dalam pertemuan tersebut
pihak-pihak yang bertikai menyampaikan jawabannya atas proposal pembagian
wilayah Bosnia Herzegovina yang telah disampaikan 2 minggu sebelumnya. Pihak
Muslim Bosnia Herzegovina dan Kroasia Bosnia Herzegovina menerima proposal
Kontak Group tersebut. Dilain pihak wakil Serbia Bosnia Herzegovina
menyampaikan jawabannya kepada Kontak Group melalui suatu amplop yang disegel yang
inti jawabannya mengatakan bahwa Majelis Serbia Bosnia Herzegovina tidak dalam
posisi untuk dapat memutuskan mengenai peace plan Kontak Group
tersebut karena proposal Kontak Group dinilai tidak jelas. Dalam jawaban Serbia
Bosnia Herzegovina tersebut mempermasalahkan persetujuan-persetujuan
konstitusional, persetujuan penghentian permusuhan, masalah kota Sarajevo,
masalah akses Serbia Bosnia Herzegovina ke Laut Adriatik, persetujuan
implementasi peace plan dan masalah-masalah pencabutan sanksi-sanksi terhadap
penduduk Serbia. Jawaban Serbia Bosnia Herzegovina tersebut oleh Kontak Group
(kecuali Russia) merupakan penolakan karena tidak memberikan suatu jawaban. Dan
perjanjian inipun mengalami kegagalan.
Setelah upaya-upaya yang dilakukan oleh PBB, Uni Eropa Maupun
negara-negara lainnya mengalami kegagalan dalam kurun waktu 1992 hingga 1994.
Maka pada bulan Mei tahun 1995 pakta keamanan atlantik (NATO) mengambil
keputusan untuk melakukan invasi militer ke wilayah Serbia. Invasi ini
mendapatkan dukungan dari PBB dan Uni Eropa serta Amerika Serikat guna memaksa
Serbia untuk kembali melakukan perundingan dalam upaya menyeesaikan konflik di
wilayah tersebut. Target operasi militer yang
dilakukan oleh NATO ini adalah untuk menghancurkan infrastruktur-infrastruktur
yang ada di wilayah Serbia. NATO menjadi faktor yang sangat berperan dalam
upaya memaksa Serbia untuk kembali melakukan perundingan guna mencapai
perdamaian di Bosnia. Karena serangan yang dilakukan oleh NATO tersebut
berhasil memaksa Serbia untuk mau duduk dan melakukan perundingan dengan Bosnia
guna mencapai kesepakatan. Serangan NATO tersebut berhasil melumpuhkan infrastruktur
yang ada di Serbia.
Akhirnya pada bulan November tahun 1995 Serbia dan Bosnia kembali
berunding dan melakukan perjanjian di Dayton Amerika Serikat. Perjanjian ini
merupakan puncak dari semua perjanjian yang telah diupayakan PBB, Uni Eropa
maupun negara-negara lainnya. Perjanjian Dayton adalah nama perjanjian
untuk menghentikan perang di Bosnia yang sudah berlangsung selama tiga
tahun terakhir. Perjanjian ini disetujui di Pangkalan Udara Wright-Patterson di
Dayton, Ohio.
Pertemuan tersebut berlangsung sejak 1 November hingga 2 November
1995. Peserta utamanya adalah presiden Serbia, Slobodan Milošević, presiden Kroasia, Franjo Tuđman, presiden Bosnia, Alija
Izetbegović, kepala negosiator Amerika, Richard Holbrooke dan Jenderal Wesley
Clark.Persetujuannya ditanda tangani di Paris, Perancis pada 14 Desember.
Pembagian politik Bosnia-Herzegovina saat ini dan struktur pemerintahannya
merupakan hasil persetujuan dari Perjanjian Dayton.
Hasil perundingan Dayton berisi antara lain sebagai berikut :
· Bosnia Herzegovina tetap sebagai negara tunggal
secara internasional
· Ibukota Sarajevo tetap bersatu di bawah
federasi muslim Bosnia
· Penjahat perang seperti yang telah
ditetapkan mahkamah internasional tidak boleh memegang jabatan.
· Pengungsi berhak kembali ke tempatnya
· Pelaksanaan pemilu menunggu perjanjian Paris
2.6 PROSES
PEACEBUILDING DI BOSNIA
Proses peacebuilding di Bosnia sesuai dengan perjanjian Dayton
adalah Bosnia menjadi sebuah negara tunggal secara internasional. Sebelumnya
selama Bosnia berada dibawah Yugoslavia, Bosnia Herzegovina termasuk negara yang
paling miskin dibandingkan negara-negara bagian lain. Setelah
kita lihat kondisi yang seperti itu kemudian diperparah oleh konflik etnis
dengan Serbia.
Untuk memulihkan kondisi perekonomian yang seperti itu, Bosnia masih
mengandalkan bantuan-bantuan dari luar negeri seperti Bank Pembanguanan Islam
(IDB) yang saat itu telah mendirikan Bank Internasional Bosnia pada September
2000.Bank tersebut dibentuk atas modal dasar sebesar 300 juta dolar
AS dengan modalyang disetor sebesar 60 juta dolar AS. Modal tersebut
antara lain berasal dari IDB serta bank Islam lainnya sebagai pendiri seperti
Bank Islam Abu Dhabi, Bank Islam Dubai, Bank Islam Bahrain serta dari investor
swasta muslim lainnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan konflik Bosnia sebagai
pembersihan etnis yang dilakukan etnis Serbia terhadap etnis Bosnia dan
memutuskan untuk membawa kasus ini ke mahkamah internasional untuk kejahatan
Yugoslavia (ICTY). Kemudian mahkamah internasional menetapkan beberapa nama
sebagai pelaku kejahatan perang di Bosnia terkait dengan pembersihan etnis
tersebut. Diantaranya adalah : Slobadan Milosevic selaku presiden dari Serbia,
Jendral Radovan Karadjic, dan jendral Ratko Mladic.
Slobodan Milosevic telah ditetapkan sebagai tersangka dan telah
diberikan hukuman penjara. Dan akhirnya meninggla di tahanan ketika proses
hukuman masih berlangsung, sedangkan jendral Ratko Mladic pada tahun 2008 telah
berhasil di tangkap di wilayah Serbia dan kini dalam proses persidangan.
Sedangkan untuk jendral Ratko Mladic hingga saat ini masih menjadi buron.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar