Tugas 1 – Gambaran Umum Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Ø Definisi manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno
ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen
mungkin berasal dari ITALIA (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,”
terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latinmanus yang
berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang
berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa
Italia. Bahasa
Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa
Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan
dan mengatur. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Istilah manajemen,
terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.
Ø Manajemen sebagai ilmu dan seni
Manajemen
merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa disebut demikian, sebab antara keduanya
tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah
dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal
ini dikarenakan didalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen,
gejala-gejala ini lalu diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang
dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang diujudkan dalam bentuk suatu
teori.
Sedang
manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai suatu
tujuan diperlukan kkerja sama dengan orang lain, nah bagaimana cara
memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya kegiatan
manusia pada umumnya adalah managing ( mengatur ) untuk mengatur disini
diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama.
2. Manajemen dan Manajer
Ø Tingkatan Manajemen
1. HIGH
LEVEL (tingkat tinggi)
Contoh halnya
dirut dan wakilnya. Bertanggung jawab pengolahan terhadap organisasi secara
keseluruhan. Membuat rencana jangka panjang, merumuskan strategi,
menetapkan kebijaksanaan, dan menetapkan interaksi / hubungan organisasi dengan
lingkungan luar. Tingkatan yang mempunyai tanggung-jawab penuh terhadap
jalannya perusahaan. Dan biasanya pada tingkatan ini membuat keputusan yang
tidak terprogram, yaitu keputusan yang tidak selalu terjadi.
2. MIDDEL LEVEL (tingkat
menengah)
Salah satu
contohnya seperti kepala bagian / divisi. Pengendali manajemen dalam
suatu organisasi. Bertanggung-jawab atas ruang lingkupnya, wilayah, divisi dll.
Merumuskan rencana jangka menengah, melakukan pengendalian, membuat prosedur,
dan membuat keputusan berdasarkan lingkup tanggung-jawabnya. Sebagai pengendali
dalam arti mengawasi dan meyakini bahwa organisasi menjalankan strategic yang
sudah ditetapkan secara baik, efektif dan se’efisien mungkin.
3. LOW LEVEL (tingkat
bawah)
Seperti supervisor
atau mandor. Yaitu pengendali dalam jalannya operasional. Bertanggung jawab
atas pelaksanaan dan sasaran operasional. Membuat keputusan jangka pendek dan
mengendalikan transaksi sehari-hari. Biasanya keputusan yang diambil yaitu
keputusan yang terprogram, keputusan yang sering terjadi dan rutin.
Ø Fungsi-fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah
elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen
yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis
Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan
lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah
diringkas menjadi empat, yaitu:
1. Perencanaan
(planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan
sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan
secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer
mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan
kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk
memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua
fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat
berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan
dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih
kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan
tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana
tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas
tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Pengarahan (directing) adalah
suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk
mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.
4. Fungsi Pengendalian / Controling. Fungsi pengendalian adalah suatu
aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian
dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
Ø Keterampilan-keterampilan Manajerial
Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga
keterampilan dasar. Ketiga
keterampilan tersebut adalah:
1. Keterampilan konseptual (conceptional skill). Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki
keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan
atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu
rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran
ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning.
Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk
membuat rencana kerja.
2.
Keterampilan berhubungan dengan orang
lain (humanity skill). Selain kemampuan konsepsional,
manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau
keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan
kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer
terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif,
bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian
mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi
diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3.
Keterampilan teknis (technical skill). Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada
tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk
menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer,
memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki
manajer, yaitu:
ü
Keterampilan manajemen waktu. Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang
manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin
mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai
manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia
bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji
Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana
dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan.
Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari
Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset
berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi
produktivitas perusahaan.
ü
Keterampilan membuat keputusan. Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan
cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang
paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top
manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan.
Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai
alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus
mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang
dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan
alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap
berada di jalur yang benar.
3.
Evolusi Teori Manajemen
Ø Teori Manajemen Klasik
Variabel yang diperhatikan dalam
manajemen Klasik :
1. Pentingnya peran manajer
2. Pemanfaatan dan pengangkatan tenaga
kerja
3. Tanggung jawab kesejahteraan
karyawan
4. Iklim kondusif
Secara keilmuan, manajemen baru
terumuskan kurang lebih di abad 18 atau awal abad 19 Masehi. Diantara
tokoh-tokoh yang mula-mula memperkenalkan manajemen secara keilmuan adalah
Robert Owen (1771-1858) dan Charles Babbage (1972-1871). Owen seorang pembaru
dan indrustrialisasi dari Inggris adalah di antara tokoh pertama yang menyatakan
perlunya sumber daya manusia di dalam organisasi dan kesejahteraan pekerja.
Sedangkan Babbage seorang ahli matematika dari Inggris orang yang pertama kali
berbicara mengenai pentingnya efisiensi dalam proses produksi. Dia meyakini
akan perlunya pembagian kerja dan perlunya penggunaan matematika dalam
efisiensi penggunaan fasilitas dan material produksi (Ernie dan Saefullah:
2005).
1. Robert Owen (1771 - 1858)
Owen menekankan tentang peranan
sumberdaya manusia sebagai kunci keberhasilan perusahaan.Dilatar-belakangi oleh
kondisi dan persyaratan kerja yang tidak memadai, dimana kondisi kerja
sebelumnya dan kehidupan pekerja pada masa itu sangat buruk.
Owen berkesimpulan bahwa manajer harus
menjadi pembaharu (reformer). Beliau melihat peranan pekerja sebagai
yang cukup penting sebagai aset perusahaan. Pekerja bukan saja merupakan input,
tetapi merupakan sumber daya perusahaan yang signifikan. Ia juga memperbaiki
kondisi pekerjanya, dengan mendirikan perumahan (tempat tinggal) yang lebih
baik. Beliau juga mendirikan toko, yang mana pekerjanya tidak kesusahan dan
dapat membeli kebutuhan dengan harga murah. Ia juga mengurangi jam kerja dari
15 jam menjadi 10,5 jam, dan menolah pekerja dibawah umur 10 tahun.
Owen berpendapat dengan memperbaiki
kondisi kerja atau invertasi pada sumber daya manusia, perusahaan dapat
meningkatkan output dan juga keuntungan. Disamping itu Owen juga memperkenalkan
sistem penilaian terbuka dan dilakukan setiap hari. Dengan cara seperti itu
manajer diharapkan bisa melokalisir masalah yang ada dengan cepat.
2. Charles Babbage (1792 - 1871)
Menganjurkan untuk mengadakan pembagian
tenaga kerja dalam kaitannya dengan pembagian pekerjaan. Sehingga setiap
pekerja dapat dididik dalam suatu keterampilan khusus. Setiap pekerja hanya dituntut
tanggungjawab khusus sesuai dengan spesialisasinya.
Ø Teori Perilaku
Tiga dekade,
dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku pemimpin
telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku.
Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut
menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan
yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat
bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas
kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya
menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana
perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika kita cermati,
satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori perilaku ini
adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak bawahan
yang puas.
Hasil studi
kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada
dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating
structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku
pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi
pada produksi/hasil. Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s
Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan
dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya
menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State University
dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University.
Menurut teori ini,
perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya
kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi. Jadi prilaku
yang menyimpang dari kepemimpinan bangsa ini, hemat saya tidak mencitrakan
kepribadian seorang pemimpin yang humanis dan cendrung kepada Ambition of blind
bagi dirinya dan golongannya yang tidak dapat termanifestasi bagi masyarakat
keseluruhan. Pemimpin bukan hanya menjadi milik segolongan orang tetapi milik
semua golongan, termasuk pemimpin negeri ini.
Teori perilaku
merupakan pengembangan dari pendekatan hubungan manusiawi. Pendekatan ini
memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem sosialnya.
Perilaku dapat dipahami
melalui tiga pendekatan, yaitu:
1)
Rasional
Model rasional
memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi yang diasumsikan bersifat
rasional dan mempunyai berbagai kepentingan, kebutuhan, motif dan tujuan.
Pendukung model ini antara lain, Down dan Simon.
2)
Sosiologis
Model ini lebih
memusatkan perhatiannya kepada pengetahuan antropologi, sosiologi dan
psikologi. Pendukung model ini antara lain Bern.
3)
Pengembangan hubungan manusia
Model pengembangan
hubungan manusia lebih memusatkan perhatiannya kepada tujuan yang ingin dicapai
dan pengembangan berbagai sistem motivasi menurut jenis motivasi agar dapat meningkatkan
produktivitas kerja. Pendukung model ini antara lain, Mc Gregor, Maslow, dan Bennis.
Keterbatasan dari
pendekatan perilaku ini adalah bahwa beberapa ahli manajemen termasuk ahli
perilaku percaya bahwa bidang perilaku tidak sepenuhnya nyata karena berkenaan
dengan manusia yang bersifat unik. Model, teori dan istilah perilaku oleh ahli
perilaku sangat kompleks dan abstrak untuk dipraktekkan para manajer.
Dikarenakan perilaku manusia sangat unik, maka ahli-ahli perilaku sering
berbeda dalam menyimpulkan penelitian, dan rekomendasinya pun sulit bagi
manajer untuk memilih dan melaksanakannya.
Ø Teori Kuantitatif (Riset Operasi dan Ilmu Manajemen)
Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik
kuantitatif—seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi
komputer—untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh,
pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan
pengalokasian sumber daya analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat
digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuantitas
pesanan ekonomi (Economic Order Quantity Model) membantu manajer menentukan
tingkat persediaan optimum dan lain-lain.
Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi
matematika dan statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II.
Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan
untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis.
Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki “Whiz Kids”. Para
perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini
menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki
pengambilan keputusan di Ford. Ditandai dengan perkembangan tim-tim riset
Operasi dalam pemecahan masalah-masalah industri, sejalan dengan perkembangan dunia
teknologi, prosedur-prosedur riset operasional kemudian diformulasikan dan
disebut dengan aliran Management Science.
Langkah-langkah pendekatan Management Science adalah sebagai
berikut :
1.
Perumusan maslah
2.
Penyusunan suatu model matematis
3.
Mendekatkan penyelesaian dari model
4.
Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model
5.
Penetapan pengawasan atas hasil-hasil
6.
Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi
Ø Evolusi Teori Manajemen
Perkembangan teori
manajemen pada saat ini telah berkembang dengan pesat. Tapi sampai detik ini
pula Belum ada suatu teori yang bersifat umum ataupun berupa kumpulan-kumpulan
hukum bagi manajemen yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.
Para manajemen banyak mengalami dan menjumpai pandangan-pandangan berbeda
tentang manajemen, yang berbeda adalah dalam penerapannya. Dimana setiap
pandangan hanya dapat diterapkan dalam berbagai masalah yang berbeda pula,
sedangkan untuk masalah-masalah yang sama belum tentu dapat diterapkan.
Perkembangan
teori manajemen untuk masa yang akan datang adalah :
a. Dominan
: Salah satu dari aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna
b. Divergence
: Setiap aliran melalui jalur sendiri
c. Convergence
: Aliran-aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan-batasan diantara mereka
cenderung kabur
d. Sintesa
: Masing-masing aliran berintegrasi
e. Proliferation
: Adanya kemungkinan muncul lebih banyak aliran lagi.
4. Manajemen
dan Lingkungan Eksternal
Ø Definisi Lingkungan
Lingkungan adalah
kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam
seperti tanah, air, energi
surya, mineral,
serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam
lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan
bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan
terdiri dari komponen abiotik dan biotik.
Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air,
iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala
sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan
bakteri).
Ilmu
yang mempelajari lingkungan adalah ilmu lingkungan atau ekologi.
Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi.
Ø Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal Mikro dan Makro
Lingkungan ekstern atau
eksternal terdiri atas unsur-unsur yang berada di luar organisasi, dimana
unsur-unsur ini tidak dapat dikendalikan dan diketahui terlebih dahulu oleh
manajer, disamping itu juga akan mempengaruhi manajer di dalam pengambilan
keputusan yang akan dibuat. Unsur-unsur lingkungan eksternal organisasi
contohnya yaitu perubahan perekonomian, peraturan pemerintah, perilaku konsumen
atau masyarakat, perkembangan teknologi, politik dan lain sebagainya. Lingkungan
eksternal dibagi menjadi dua yaitu lingkungan mikro dan lingkungan makro.
1. Lingkungan eksternal mikro yaitu lingkungan yang mempunyai pengaruh langsung
terhadap kegiatan manajemen. Lengkunagan eksternal mikro diartikan sebagai
factor-faktor di luar rumah tangga produksi atau dunia usaha yang berpengaruh
langsung terhadap kegiatan dunia usaha.
Faktor-faktor yang
termasuk lingkungan ekasternak mikro adalah :
v
Penyedia/pemasok
(supplier) dengan adanya pemasok factor-faktor produksi, muncul kegiatan
produksi, di samping itu pemasok juga menunjang kelangsungan hidup dunia usaha
v
Perantara
adalah pihak-pihak yang berperan dalam penyebaran hasil-hasil produksi dari
produsen ke tangan konsumen hingga siap dikonsumsi, misalnya distributor,
pengecer dan sebagainya
v
Teknologi
berkaitan secara langsung dengan perkembangan proses pengoilahan yang berupoa
penemuan baru baik peralatan maupun metode kerjanya. Lembaga yang berkecimpung
dalam bidang ini misalnya lembaga RIstek, Litbang dan sebagainya
v
Pasar
dalam arti luas. Meskipun letaknya berada di luar kegiatan produksi, tetapi
karena seluruh hasil produksi adalah untuk melayani (dijual ke) pasar, maka
semua pihak yang terlibat dan berada di dalam pasar termasuk unsure lingkungan
eksternal mikro
2. Lingkungan eksternal makro yaitu lingkungan yang mempunyai
pengaruh tidak langsung. Masing-masing anggota dunia usaha memiliki perbedaan
dalam memberikan factor-faktor yang secara kongkret dapat dimasukkan ke dalam
lingkungan eksternal makro atau mikro. Hal ini disebabkan oleh sifat majemuk
kegiatan dunia usaha. Oleh karena itu pertimbangan pemilihan factor eksternal
makro dan mikro dilakukan secara umum.
Secara umum unsur-unsur
lingkungan eksternal makro dunia usaha adalah sebagai berikut :
v
Keadaan
alam
v
Politik
dan hankam, keadaan politik dan pertahanan keamanan secara umum menciptakan
iklim ketenangan usaha
v
Hukum
peraturan perundangan-undanagan yang berlaku misalnya undang-undang perpajakan,
perburuhan dan sebagainya
v
Perekonomian,
tingkat pendapatan, pola-pola pemenuhan kebutuhan masyarakat, tingkat investasi
dan sebagainya
v
Pendidikan
dan teknologi tingkat kecerdasan kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan
penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi pada umumnya
v
Social
dan kebudayaan : pandangan dan nilai-nilai yang dianut masyarakat seperti
terwujud dalam norma-norma etika dan social, kepercayaan, agama, kesenian, pola
hubungan antar individu dan sitem kerja samanya, sertta strata social
v
Kependudukan
jumlah tingkat kelahiramn-kematian, penyebaran penduduk (misalnya urbanisasi
dan transmigrasi), umur dan jenis kelamin
v
Hubungan
internasional : mencakup banyak hal seperti proteksi bahan barang dan jasa,
nialai tukar mata uang teknologi, kebudayaan, polkam dan sebagainya
5. Tanggung
Jawab Sosial Manajer
Dalam hubungan
bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholder) pada tahap awal diakui bahwa
tanggung jawab sosial adalah fungsi pemerintah, bukan tanggung jawab bisnis
ataupun perusahaan. Pendapat ini tentunya terjadi pada awal dekade dimana hasil
alam masih berlimpah, persaingan industri tidak ketat, dan tuntutan pemangku
kepentingan terhadap perusahaan belum tinggi. Dapat dicatata pendapat Friedman
dalam Robin, F (2008) hal 232. menuliskan bahwa The business of
business is to maximise profits, to earn a good return on
capital invested and to be good corporate citizen obeying the law- no more
and no less. Sejalan evolusi pada seluruh bidang, termasuk adanya globalisasi,
hal demikian berubah drastis.
Dalam perkembangan
bisnis baru, diakui bahwa tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal sebagai
Community Social Responsibility (CSR) adalah fungsi perusahaan.
Adapun “desakan” untuk itu bersumber dari banyak hal baik karena tekanan global
maupun regional. Bilamana dikaitkan fungsi maka ini dilakukan secara sukarela
(voluntary) bukan karena adanya paksaan dari luar, utamanya dari pemerintah.
Lebih dari itu, pembeda terminologi CSR dengan penerapan sebelumnya terletak
kepada fungsi “tanggung jawab ” yang bermakna bahwa CSR sifatnya datang dari
perusahaan.
Banyak konsep CSR
yang dipubllikasikan, Wibisono (2007) melaporkan CSR bahwa CSR didefinisikan
sebagai komitmen dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontibusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan
dengan peningkatan kualitas hidup komunitas lokal dan masyarakat secara lebih
luas. Dalam versi World Bank CSR didefinisikan sebagai “the comitment of
business to contribute to sustainable economic development working with
employees and their representatives the local community and society at large to
improve quality of life, in ways that are both and good fo business
development”
Dalam batasan
demikian, maka CSR sesungguhnya merupakan konsep dan program yang menucnul
secara sukarela, karena perusahaan menganggap penting sehingga harus
diformulasikan sedemikian rupa. Selanjutnya, di dalam konsep CSR terdapat
berbagai aspek seperti nilai, kultur, kompetensi, sejarah perusahaan bahkan
etika yang dijadikan dasar bertindak oleh seluruh pihak internal manajemen
perusahaan .
Isu terkait dengan
CSR senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan dinamika dan kesadaran tetang
kebutuhan bersama. Isu yang terkait utamnya adalah Good Corporate Governance,
Sustainable Development, sampai ke Daya Saing. Bilamana isu ini disimak lebih
dalam, maka ditemukan bahwa penerapan CSR saling menopang dengan
dimensi-dimensi tersebut. Bila dikatikan dengan corporate governance maka
penakanan CSR adalah pelibatan stakeholder dalam tatakelola perusahaan.
Semantara itu bila dikaitkan dengan isu keberlanjutan, penekanannya adalah
bahwa bisnis yang dapat berkelanjutan apabila didukung oleh pemangku
kepentingan. Selanjutnya bila dikaitkan dengan konsep daya saing, maka sisi
pelaksanaan CSR adalah dalam rangka membangun daya saing bisnis baik di tingkat
regional maupun global (Zadek, 2006)
Dalam hubungannya
dengan tanggung jawab sosial, prinsip sederhana yang mendasari perkembangannya
adanya satu pengakuan prinsip mutualisme, dimana antara perusahaan dan
masyarakat harus hidup berdampingan dan saling memberikan manfaat bersama. Hal
ini kemudian diakui oleh bisnis bahwa hanya dengan masyarakat – yang dikenal
juga dengan sebutan stakeholder yang kuat – maka bisnis dapat berkembang dengan
baik.
Dalam perkembangan
yang lebih lanjut, perkembangan teknologi menjadi isu yang paling dominan
sebagai bagian daripada tanggung jawab sosial. Teknologi cloning misalnya telah
berkembang demikian pesat, akan tetapi tetap dilaksanakan untuk mengapresiasi
keberdaan daripada manusia dan masyarakat. Demikian juga dengan teknologi
transgenik di bidang budidaya secara teknologi telah lolos akan tetapi secara
sosial dan kemasyarakatan masih terus dipertanyakan. Sesuai dengan penjelasan
di atas, fokus diskusi pada studi ini adalah penggunaan hasil penelitian dan
teknologi.
Komentar :
Dari artikel ini saya mengetahui bahwa manajemen itu
memiliki fungsi yang sangat penting, apalagi dalam sebuah sebuah organisasi.
Oleh sebab itu, seorang pemimpin atau manajer memiliki tugas yang berat dalam
mengatur dan mengarahkan para pegawainya atau anggota organisasinya agar dapat
mencapai tujuan dari organisasi tersebut.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar